Bagi seorang penulis, ada
kalanya kita mengalami hambatan dalam membuat sebuah tulisan. Gangguan gangguan
yang kita alama bisa datang dari dalam diri sendiri ataupun dari lingkungan
sekitar kita. Gangguan yang berasal dari diri kita sendiri antara lain rasa
malas, ngantuk, lelah, kehabisan ide, tidak bisa mengatur waktu dengan baik,
dan seabrek yang lainnya. Sedangkan gangguan yang berasal dari luar bisa berupa
lingkungan yang bising, tangisan anak, suara musik yang terlalu keras, bunyi
kendaraan di jalan, dan masih banyak lagi
Tak bisa dipungkiri kedua jenis
hambatan ini, memang sering kita alami
di dalam kehidupan nyata. Pada suatu tingkat tertentu, gangguan-gangguan ini
bahkan membuat kita stres. Lebih-lebih jika itu terjadi pada saat kita dikejar dengan deadline waktu
pengerjaan artikel. Tentu hal ini akan membuat kita frustasi.
Lantas bagaimana caranya kita
bisa mengatasi semua hal itu. Sebenarnya setiap penulis punya solusi sendiri
atas masalah yang mereka hadapi. Karena masalah itu beragam dan tidak sama
antara satu penulis dengan penulis lainnya. Namun disini saya akan mencoba
beberapa hambatan umum yang biasanya dialami oleh penulis dan bagaimana cara
mengatasinya.
1. Merasa sulit mengatur waktu dengan baik
jika
ada orang yang mengeluhkan betapa sedikitnya waktu yang mereka miliki, untuk
melakukan hal yang mereka inginkan, apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka?
Hal ini sesungguhnya adalah tentang bagaimana seseorang mampu mengatur waktunya
dengan baik. Memanage waktu dengan rapi dan teratur perlu kita lakukan sebagai
seorang penulis. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kita bisa terus
produktif dalam menulis. Memanage waktu bukanlah perkara yang sederhana, ia
memerlukan beberapa pertimbangan yang cermat dan teliti.
Petimbangan-pertimbangan tersebut meliputi kebiasaan pribadi, kegiatan-kegiatan
rutin, hal-hal penting yang harus dilakukan, waktu istirahat, bersenang-senang,
dan lain sebagainya. Sebagai seorang penulis, kita harus mampu memanage waktu
dengan mempertimbangkan itu semua. Jika kita mampu melakukannya dengan baik,
kita akan mampu untuk terus produktif, tanpa mengorbankan waktu-waktu berharga
kita yang lain.
2. Kehabisan ide
Terkadang
kita merasa buntu, semua isi dalam kepala sudah kita peras dan tidak ada yang
tersisa untuk kita tuangkan lagi dalam tulisan kita. Jangan khawatir akan hal
ini, semua penulis pasti mengalaminya. Lantas apa yang mesti kita lakukan jika
demikian? Jawabannya tentu beragam. Kondisi kehabisan ide bisa kita atasi
dengan beragam cara, beberapa diantaranya adalah dengan banyak membaca buku,
mengikuti beberapa forum tentang dunia tulis menulis, atau bahkan dengan
tamasya atau rekreasi. Dengan banyak membaca buku, kita akan menemukan
topik-topik baru yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan banyak
membaca buku pengetahuan kita menjadi semakin luas, dan kesadaran kita pun
menjadi semakin terbuka. Kita bisa mengerti suatu topik dalam banyak
perspektif, bukan hanya dari persepektif kita sendiri. Dimana hal ini akan
semakin memperluas pemahaman kita akan suatu permasalahan tertentu. Hal serupa
pun bisa kita temukan dalam mengikuti forum-forum dalam dunia kepenulisan,
ataupun melalui rekreasi. Banyak hal yang bisa kita temukan disana, yang akan
membantu kita untuk mengumpulkan ide-ide yang berguna untuk bahan tulisan kita
nantinya.
3. Tulisan kita dinilai tidak layak jual
Jika
kita sudah susah payah dalam membuat sebuah buku, atau artikel, atau opini,
namun ternyata ditolak dengan alasan bahwa karya kita itu tidak layak jual,
tentu hal ini merupakan sebuah pukulan yang bisa melemahkan semangat kita. Yang
dibutuhkan dalam situasi ini adalah sebuah ketangguhan, ketangguhan untuk terus
maju tanpa perduli adanya hambatan yang terjadi di depan. Pasti ada celah yang
bisa kita masuki untuk sampai pada tujuan. Banyak cara yang bisa kita lakukan
agar tulisan kita bisa diterima oleh penerbit. Kita bisa memperbaiki
susunannya, tata bahasanya, tata kalimatnya, bahkan mencoba menyusunnya kembali
dari perspektif yang berbeda. Jika ini terus kita lakukan, pada akhirnya pihak
penerbit akan melihat adanya perbedaan isi dan kualitas tulisan kita, bahkan
mengetahui kesungguhan dan komitmen kita untuk terus maju. Hal ini akan menjadi
penilaian tersendiri bagi mereka, untuk menerbitkan karya kita.
Semua hal butuh proses,
membangun sebuah karakter yang berkualitas juga memerlukan proses. Bahkan
proses itu bisa terjadi melalui hal-hal yang tidak mudah dan dalam kurun waktu
yang tidak sedikit. kita harus menerimanya dengan sikap ikhlas dan dengan
kesadaran penuh bahwa itu semua merupakan pembelajaran berharga yang akan
membawa kita ke tangga kesuksesan. Seperti layaknya buah durian yang penuh duri
pada kulitnya, namun isinya yang lezat dan manis. Begitu pun juga dengan
kesuksesan sebagai penulis. Pada awalnya kita pasti menemui hambatan, tetapi
jika kita punya komitmen yang teguh, kedisiplinan yang kuat, dan tekad yang
membara, kita pasti akan mengecap manisnya kesuksesan sebagai seorang penulis.
Ok kawan, sampai jumpa di puncak tangga kesuksesan. See you at the top. Bye!!