Sabtu, 09 November 2013

Mindset yang Harus Dimiliki oleh Seorang Penulis



Bagi seorang penulis, ada kalanya kita mengalami hambatan dalam membuat sebuah tulisan. Gangguan gangguan yang kita alama bisa datang dari dalam diri sendiri ataupun dari lingkungan sekitar kita. Gangguan yang berasal dari diri kita sendiri antara lain rasa malas, ngantuk, lelah, kehabisan ide, tidak bisa mengatur waktu dengan baik, dan seabrek yang lainnya. Sedangkan gangguan yang berasal dari luar bisa berupa lingkungan yang bising, tangisan anak, suara musik yang terlalu keras, bunyi kendaraan di jalan, dan masih banyak lagi

 
    Tak bisa dipungkiri kedua jenis hambatan ini, memang  sering kita alami di dalam kehidupan nyata. Pada suatu tingkat tertentu, gangguan-gangguan ini bahkan membuat kita stres. Lebih-lebih jika itu terjadi  pada saat kita dikejar dengan deadline waktu pengerjaan artikel. Tentu hal ini akan membuat kita frustasi.
     Lantas bagaimana caranya kita bisa mengatasi semua hal itu. Sebenarnya setiap penulis punya solusi sendiri atas masalah yang mereka hadapi. Karena masalah itu beragam dan tidak sama antara satu penulis dengan penulis lainnya. Namun disini saya akan mencoba beberapa hambatan umum yang biasanya dialami oleh penulis dan bagaimana cara mengatasinya.

      1.       Merasa sulit mengatur waktu dengan baik
jika ada orang yang mengeluhkan betapa sedikitnya waktu yang mereka miliki, untuk melakukan hal yang mereka inginkan, apa yang sesungguhnya terjadi pada mereka? Hal ini sesungguhnya adalah tentang bagaimana seseorang mampu mengatur waktunya dengan baik. Memanage waktu dengan rapi dan teratur perlu kita lakukan sebagai seorang penulis. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kita bisa terus produktif dalam menulis. Memanage waktu bukanlah perkara yang sederhana, ia memerlukan beberapa pertimbangan yang cermat dan teliti. Petimbangan-pertimbangan tersebut meliputi kebiasaan pribadi, kegiatan-kegiatan rutin, hal-hal penting yang harus dilakukan, waktu istirahat, bersenang-senang, dan lain sebagainya. Sebagai seorang penulis, kita harus mampu memanage waktu dengan mempertimbangkan itu semua. Jika kita mampu melakukannya dengan baik, kita akan mampu untuk terus produktif, tanpa mengorbankan waktu-waktu berharga kita yang lain.
      2.      Kehabisan ide
Terkadang kita merasa buntu, semua isi dalam kepala sudah kita peras dan tidak ada yang tersisa untuk kita tuangkan lagi dalam tulisan kita. Jangan khawatir akan hal ini, semua penulis pasti mengalaminya. Lantas apa yang mesti kita lakukan jika demikian? Jawabannya tentu beragam. Kondisi kehabisan ide bisa kita atasi dengan beragam cara, beberapa diantaranya adalah dengan banyak membaca buku, mengikuti beberapa forum tentang dunia tulis menulis, atau bahkan dengan tamasya atau rekreasi. Dengan banyak membaca buku, kita akan menemukan topik-topik baru yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya. Dengan banyak membaca buku pengetahuan kita menjadi semakin luas, dan kesadaran kita pun menjadi semakin terbuka. Kita bisa mengerti suatu topik dalam banyak perspektif, bukan hanya dari persepektif kita sendiri. Dimana hal ini akan semakin memperluas pemahaman kita akan suatu permasalahan tertentu. Hal serupa pun bisa kita temukan dalam mengikuti forum-forum dalam dunia kepenulisan, ataupun melalui rekreasi. Banyak hal yang bisa kita temukan disana, yang akan membantu kita untuk mengumpulkan ide-ide yang berguna untuk bahan tulisan kita nantinya.
      3.       Tulisan kita dinilai tidak layak jual
Jika kita sudah susah payah dalam membuat sebuah buku, atau artikel, atau opini, namun ternyata ditolak dengan alasan bahwa karya kita itu tidak layak jual, tentu hal ini merupakan sebuah pukulan yang bisa melemahkan semangat kita. Yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah sebuah ketangguhan, ketangguhan untuk terus maju tanpa perduli adanya hambatan yang terjadi di depan. Pasti ada celah yang bisa kita masuki untuk sampai pada tujuan. Banyak cara yang bisa kita lakukan agar tulisan kita bisa diterima oleh penerbit. Kita bisa memperbaiki susunannya, tata bahasanya, tata kalimatnya, bahkan mencoba menyusunnya kembali dari perspektif yang berbeda. Jika ini terus kita lakukan, pada akhirnya pihak penerbit akan melihat adanya perbedaan isi dan kualitas tulisan kita, bahkan mengetahui kesungguhan dan komitmen kita untuk terus maju. Hal ini akan menjadi penilaian tersendiri bagi mereka, untuk menerbitkan karya kita.

Semua hal butuh proses, membangun sebuah karakter yang berkualitas juga memerlukan proses. Bahkan proses itu bisa terjadi melalui hal-hal yang tidak mudah dan dalam kurun waktu yang tidak sedikit. kita harus menerimanya dengan sikap ikhlas dan dengan kesadaran penuh bahwa itu semua merupakan pembelajaran berharga yang akan membawa kita ke tangga kesuksesan. Seperti layaknya buah durian yang penuh duri pada kulitnya, namun isinya yang lezat dan manis. Begitu pun juga dengan kesuksesan sebagai penulis. Pada awalnya kita pasti menemui hambatan, tetapi jika kita punya komitmen yang teguh, kedisiplinan yang kuat, dan tekad yang membara, kita pasti akan mengecap manisnya kesuksesan sebagai seorang penulis. Ok kawan, sampai jumpa di puncak tangga kesuksesan. See you at the top. Bye!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar